Siapa sih yang gak kenal Atta Halilintar? Seorang anak muda yang kini merajai YouTube Indonesia. Seorang anak muda yang menjadi pedagang dan pengusaha sejak usia 13 tahun. Namanya pasti udah gak asing lagi bagi penikmat YouTube. Iya kan?
Dirinya dikenal sebagai anak muda kaya raya yang berasal dari keluarga kaya raya. Pertanyaannya, apa benar seorang Atta Halilintar sejak lahir sudah kaya atau adakah polemik hidupnya yang tidak pernah kita ketahui selama ini?
Mari kita kupas…
Atta Halilintar ini adalah pemilik Channel YouTube dengan Subscriber terbesar di Indonesia saat ini. Di setiap videonya, walaupun berisi konten hiburan, namun selalu ada sesuatu yang menginspirasi. Ia selalu bertekad untuk menyebarkan kebaikan agar anak muda Indonesia semangat dan tidak pernah menyerah pada mimpi-mimpinya.
Sebelum kita bahas mengenai perjalanan hidup si Atta, alangkah lebih baik jika kita ketahui gimana sih pertemuan ibu dan ayahnya sehingga bisa menyatu di dalam jalinan pernikahan.
Jadi, ayahnya Atta adalah seorang karyawan biasa sementara ibunya adalah seseorang yang memegang jabatan tinggi di suatu perusahaan. Mereka sama-sama bekerja di perusahaan minyak, di Riau.
Tibalah Pak Halilintar melamar Ibu Gen. Tentu saja, karena perbedaan level ekonomi, kakenya gak setuju. Tapi mereka berdua kekeh untuk tetap melanjutkan pernikahan, ini bukan hanya sekedar karena jatuh cinta tapi mereka mempunyai visi misi hidup yang sama. Yaitu; Hidup bukan hanya dinilai dari materi, tapi bagaimana keseriusan dalam berusaha dan hidup itu tentang sebuah semangat.
Pasca nikah: Kekayaan Ibu Gen hilang semuanya. Uang jajan tidak lagi diberi, beasiswa ditarik, kendaraan diambil, tempat tinggal diambil, kartu kredit diambil, pokoknya yang tadinya hidup dalam keberlimpahan ekonomin, saat setelah pernikahan, ia jatuh miskin.
Bersama suaminya, ia anya tinggal di kos-kosan berukuran 3x3. Nah…, saat kondisi sulit itulah, Atta lahir. Sampai-sampai, buat beli susu anak untuk Atta pun susah.
Kondisi ekonomi keluarga yang teramat sulit, menuntut keluarga kecil mereka untuk tetap menghasilkan uang, bagaimanapun caranya. Akhirnya, sejak kecil Atta pun dibawa untuk berdagang.
Mulai dagang parfume, dagang karpet, mereka berdagang ke mana-mana. Ya, benar…, di sinilah perdagangan dimulai.
Dari hasil dagangan itulah, mereka mulai ada modal. Sedikit demi sedikit, keluarga Gen Halilintar mulai membangun minimarket. Membangun usaha di depok.
Alhamdulillah, atas izin Allah, usaha mereka dilancarkan, dimudahkan oleh-Nya. Hingga di sepanjang depok penuh dengan usaha milik keluarga Gen Halilintar.
Tidak hanya sampai di Indonesia. Mereka pun mulai menjajakkan usahanya hingga ke luar negeri…
Buka café di Australia, Malaysia, singapura, dan beberapa negara lainnya. Mereka juga buka butik di Paris. Itulah kenapa anak keluarga Gen Halilintar ini terlahir di beda-beda negara, soalnya anak-anak itu lahir ketika usaha orang tuanya sedang menanjak.
Sehingga, ketika pindah negara, eh ada yang lahir lagi. Hehehe…
Namun, siapa yang menyangka, kehidupan mereka yang sudah di atas awan, harus kembali jatuh. Bukan hanya sekedar jatuh ke tanah, tapi jatuh ke jurang yang amat sangat dalam…
Pada Tahun 2004, semua berubah, keluarga Gen Halilintar kembali diuji oleh-Nya. Itulah kenapa Atta berpesan, “Jangan mudah percaya pada orang lain, jangan sombong, hidup itu kadang di atas kadang di bawah.”
Mau gak mau, karena masalah yang semrawut, dan terlalu sulit untuk diselesaikan saat itu. Mereka Memulai kembali dengan cara pindah ke Malaysia. Memulia kembali dari angka minus, memulai kembali dari hutang yang bessaaaarrr banget.
Di Malaysia, Atta Sekolah SD kelas 5. Selama di sana, 2 tahun dia tidak mampu bayar SPP. Setiap kali ada pengumuman mengenai siapa saja yang belum bayar spp di sekolah, nama Atta pasti muncul. Malu banget.
Sampai ia memohon-mohon ke kepala sekolah agar tetap diizinkan sekolah. Yaahh…, Walau akhirnya ia keluar dari sekolah itu akibat ketidakmampuan bayar SPP.
“Biar adik aja yang sekolah,” katanya
Sebelum benar-benar keluar dari sekolah tadi, ia sudah mulai dagang, dari dagang sandwich sampai dagang mainan. Waktu itu, ia masih berumur 11 tahun.
Hasil dari Penjualan Sandwich itu untuk ongkos pulang sekolah, untuk naik kereta. Kalau gak gitu, Atta dan adiknya gak ada sewa untuk pulang ke rumah. Dan, biasanya, kalau lagi gak ada sewa pulang, ia memohon ke tukang keretanya buat masukin lewat bawah.
Bayangkan, anak kelas 5 SD. Gandeng adek-adek yang masih kecil sambil memohon-mohon. Ya Allah… Enggak kuat lanjutkan.
Oke, lanjut…
Meski hujan, gimana pun caranya, mereka tetep berusaha untuk naik bus/kereta walau harus memohon, kalau gak gitu, gimana cara pulangnya?
Jikalau pun mereka berhasil naik bus dan lagi gak ada ongkos, Atta berpesa, “Dek, kita pura-pura ketiduran aja, lagi gak ada duit nih buat ongkos pulang.”
Bayangkan, orang yang dulunya kaya raya, tiba-tiba jatuh miskin. Sakit banget pastinya.
“Apa kerja Pak Halilintar di sana?”
“Jadi kurir. Ngantar-ngantar barang.”
Dari segala ujian, dari segala kesakitan. Muncullah sebuah kesadaran dari dalam diri Atta, “Aku anak pertama, punya adik sembilan. Kalau sebagai kakak gak bisa jadi contoh, dan gak bisa menjadi panutan mereka atau gak bisa mandiri. Akan jadi apa adik-adikku ini?”
Mindset mandiri dan menjadi orang tua kedua untuk adik-adiknya pun muncul. Dari situ berdagang, sampai ke Indonesia.
Ya, mereka kembali ke Indonesia. Dari hasil berdagang, akhirnya punya duit untuk balik. Hanya duit untuk balik ke Indonesia sama bayar SPP-SPP yang sempat ngutang. Tidak ada duit berlebih.
Di Indonesia Atta kembali sekolah walau hanya sebentar, tapi karena masih tidak mampu bayar lagi. Lagi-lagi ia keluar dari sekolah, kemudian homeschooling, lalu membantu orang tuanya berdagang.
Selama 2 tahun homeschooling, “itu juga gak jelas, karena tiap hari itu ya banyakan dagang timbang belajar.”
Dan, dari perdagangan itu lagi, mereka akhirnya mampu sewa rumah murah.
Saat itu, ia berdagang baju muslim. Ketika tiba bulan Ramadhan, nah di sini banyak banget penjualannya. Karena, market baju muslim mulai meningkat sampai berkali-kali lipat. Namun, ketika lewat ramadhan, pendapatan dari penjualan baju muslim menurun.
Yah, begitulah kalau menjual sesuatu yang musiman. Ketika musimnya telah lewat, maka lewat pula penjualannya. Hehe.
Atta pun mulai mencari-cari kembali, sebaiknya jualan apa ya?
Dari situ ia mulai jualan mobil bekas lewat online. Di usianya yang ke 13 tahun, dalam seminggu, melalui penjualan online ia berhasil menjual 14 mobil bekas. Dari situ Atta melihat, online itu besar banget peluangnya.
Ia berhasil menjual 14 mobil melalui Forum blog. Ia Punya 11 blog aktif.
Bayangkan, lewat pasar online, berhasil menjual 14 mobil! WOOWWW! 1 mobil ia bisa mendapat keuntungan 2 juta. Maka, dalam 1 minggu itu ia berhasil mendapatkan 28 juta rupiah.
Uang hasil penjualan tadi, tentu saja gak digunakan jalan-jalan, main, atau foya-foya. Tapi, Atta jadikan sebagai modal usaha Handphone, usaha burger, usaha cendol, pokoknya segala macam dijual.
Dan, Alhamdulillah, di umurnya yang ke 13 tahun inilah ia berhasil mencetak 1 milyar pertama. Keluarganya kemudian bisa DP mobil pertama. Mulai ngontrak ke tempat yang lebih layak.
Namun, setelah bertahun-tahun merintis usaha, ketemu sebuah problem, “Kenapa usaha aku tuh, tiap udah mulai besar, pasti ada aja halangannya?”
Usaha burger, 3 bulan ramai, orang sampai ngantri, tiba-tiba ada yg bangun mall, alhasil jalanannya ditutup.
Usaha handphone, mampu menghasilkan semilya sebulan, bahkan 1,5 sebulan. Tapi, kemudian tertutup sama market yang mau jualan di dalam.
Pokoknya yang kecil kalah sama yang gede.
Jadi, Atta mulai mikir, gimana sih caranya bisnis bisa cepet gede, dan bisa lebih terkenal dari mereka.
Disitulah Atta menemukan, “Kamu harus mempunya media yang besar. Media itu andil sangat penting di dalam bisnis. Kenapa usaha-usaha yang namanya udah terkenal itu lebih bertahan lama dari usaha yang baru? Karena mereka merajai media. Makanya butuh media untuk membuat usaha kita terkenal.”
Ia melihat YouTube sebagai kanal. Media yang mempunya engagement yang sangat kuat. Dan bisa ditonton orang banyak secara gratis. Dimana sja, kapan saja. Bagi Atta, inilah media masa depan.
Namun, Atta gak langsung menggunakan YouTube. Ia masih tetap berdagang konvensional, namun mulai merambah ke dunia online. Ia masih main Twitter. Waktu itu YouTube belum jaman. Belum ada orang yang tonton YouTube.
Jadi, seorang Atta Halilintar mulai ngerti sosmed di umur 14-15 tahun. “2014 Aku bikin Youtube tapi belum upload. Jadi, aku lebih suka nyari tentang bola, soalnya aku pengen jadi atlit futsal.”
Dari situ Atta juga jadi berpikir, “Apa dengan jadi atlit, kita terkenal, kita bisa bikin dagangan laris, atau aku bisa bikin sekolah bola, bikin lapangan futsal?”
Pokoknya terjadi pergolakan batin dan pemikiran. Namun, karena memang ia suka Futsal, maka selama menjalaninya, ternyata ia jatuh cinta dengan Futsal.
Sampai ikut turnamen Tarkam. Bangun jam 5 pagi, kemduian berlari. Demi fisik, push up. Bener-bener latihan supaya bisa jadi atlit.
Namun, ia dilarang orang tua, “kamu ngapain sih pengen jadi atlit? Indonesia itu takkan ke mana.”
Tapi Atta gak membantah, ia membenarkan, “Itu ada benernya sih, soalnya kalau di luar negeri kita jadi atlit, ada asuransi sampai mati. Kalau di Indonesia… aduh.”
Haha. Lalu ia melanjutkan, “Makanya aku berdoa, semoga atlit-atlit yang juara di Asian Games kemarin itu dihargai, dan bener-bener dirawat. Dan bener-bener dijadikan aset bangsa, karena mereka berjuang demi negara kita. Kita tau susahnya jadi atlit, mereka bertahun-tahun berjuang demi negara kita, kita tau susahnya jadi atlit. Mereka itu bertahun-tahun belajar untuk bisa juara, bukan dia sekarang juara kemarin sea games silat karena 1 event doang. Bukan! Tapi mereka kan mau jadi kayak gitu, mengorbankan 6 tahun – 7 tahun. Mungkin mereka lari setiap hari, mereka mencari cara gimana bisa lebih cepet,” katanya menggebu-gebu.
“Hanya yang menjadi atlit yang mengerti perasaan itu,” lanjutnya. “Gimana caranya kamu mencapai 5 tahun lagi asian games, tapi dalam waktu 5 tahun itu kamu setiap hari latihan gak pernah absen. Benar-benar menjaga makanan, menjaga fisik. Itu tuh bukan sesuatu yang gampang.”
Lalu apa hubungannya kalimat di atas dengan dagang dan kesuksesannya? Atta melanjutkan…
“Nah begitu juga ketika aku bikin YouTube. Begitu juga misalnya kamu mau dagang. Sama. Mindset yang sama. Kamu lakukan itu setiap hari. Konsisten. Gak mungkin gak ada keberhasilan, ibaratnya batu keras aja ditetesin embun itu bisa bolong kalau berkali-kali dan setiap hari. Embun doang loh ke batu, itu bisa melengkung ke bawah.”
Jadi, Guys…
Dari sini terlihat kerja kerasnya si Atta itu dimulai sejak usia 11 tahun, itulah kenapa di usianya yang sangat muda ini, sudah bisa meraih kesuksesannya.
Tapi, bukan berarti karena cepat mendapat ujian, maka cepat juga berhasil. Bukan! Banyak orang di luar sana yang keluarganya diuji sejak ia masih sangat kecil, namun sampai dewasa hidupnya gitu-gitu aja.
Poinnya adalah mindset, usaha, dan kerja keras Atta yang tidak seperti orang kebanyakan yang membuatnya berhasil sekarang. Jika dulu ia menerima nasib, mungkin sekarang ia gak akan jadi apa-apa.
Tapi, karena dulu ia mau sakit-sakit, capek, dan gak ngeluh-ngeluh. Maka, hasil yang ia dapatkan pun sangat bessaarrr…
“Kita harus berperan di bidang masing-masing, kalau kamu lakukan itu sungguh-sungguh. InsyaAllah kamu akan berhasil. Gak ada hasil yang menghianati kerja keras. Tuhan gak menuntut kamu berhasil, tapi tuhan menuntut kamu berusaha. Berusaha lebih keras dari orang lain. Disitulah kamu akan berhasil.”
Begitu kata Atta. Ya… terbukti kan? Itu bukan hanya omong kosong.
Omongannya mulai terbukti ketika akhirnya ia serius bikin YouTube di usia 19 tahun. YouTube pertamanya adalah Channel Keluarga Gen Halilintar, dengan postingan pertama One Big Family.
Channel itu pune menjadi channel keluarga pertama terbesar di dunia. Nah, ketika channel keluarga itu udah mencapai 1 juta subscriber.
“Akhirnya aku sadar, figur anak muda dibutuhkan ternyata, akhirnya aku bikin channel sendiri, toh adik aku udah pintar merawat channel itu sendiri… Akhirnya aku bikin channel Atta Halilintar, dalam satu tahun setengah Alhamdulillah sudah mencapai 5 juta subscriber.”
Dan itu bukan kebetulan, kamu bisa dalam setahun minimal upload 300 video? Is not easy. Kita harus konsisten, melakukan ini tiap hari, disiplin.
Dan gak heran, dari segala macam usahanya, ia berhasil meraih 30 Miliar pertamanya di usia 23 tahun
Dari kisah Atta, kita bisa menyimpulkan, SUKSES ITU GAK ADA YANG KEBETULAN, SUKSES ITU BUTUH PERJUANGAN.
Kalau hari ini kamu sedang tertekan, sedang dalam masalah, sedang terkena badai. Jangan mengeluh, jangan rendah diri.
Rubah pola pikirmu. Kamu harus bekerja lebih keras dari orang lain, agar kamu mencapai hal lebih besar dari orang lain.
Sesulit apapun kondisimu saat ini, seberat apapun cobaan hidup itu. Sadarlah, Tuhan masih sayang banget sama kamu. Tuhan mengujimu untuk mengeluarkan segala potensimu yang tidak pernah kamu sadari. Seharusnya, kamu bersyukur karena diuji, karena tidak semua orang diberi kesempatan begitu.
Dari kisah Atta kita sama-sama belajar, badai pasti berlalu. Ambil hikmahnya, jalani prosesnya, dan raih hasilnya.
Salam. Finy Arkana.